Bulan sya'ban adalah bulan yg penuh keberkahan, yang terletak diantara dua bulan agung yakni Rajab dan Ramadhan.
Dijelaskan dalam kitab Latoif Al Ma'arif, Syaikh Abu Bakar Al Balkhi berkata :
ﻣﺜﻞ ﺷﻬﺮ ﺭﺟﺐ ﻛﺎﻟﺮﻳﺢ، ﻭﻣﺜﻞ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﻐﻴﻢ، ﻭﻣﺜﻞ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﻤﻄﺮ، ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺰﺭﻉ ﻭﻳﻐﺮﺱ ﻓﻲ ﺭﺟﺐ، ﻭﻟﻢ ﻳﺴﻖ ﻓﻲ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻜﻴﻒ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﺤﺼﺪ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ
"Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya'ban seperti awan membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiram di bulan Sya'ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan"
وكانوا يقولون أنَّ رجبَ شهرُ البَذْرِ، وأنَّ شعبان شهر السَّقْيِ، وأنَّ رمضان شهر الحَصاد، مَن لم يَبْذُر فما يَسْقي؟!، ومَن لم يَبْذُر ولم يَسْقِ فماذا يَحْصُد؟!.
Dikatakan juga bahwasanya "bulan rajab adalah bulan menabur benih, sya'ban bulan menyiram dan ramadhan adalah bulan memanen. Siapa yg tidak menabur benih, maka apa yg akan disiram? Dan siapa yg tidak menabur benih dan tidak menyiraminya, lalu apa yg akan dipanen?"
Dalam kitab Ma Dza fi Sya'ban karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas
pada kehidupan beragama seorang Muslim.
1. Peralihan Kiblat
Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya'ban.
Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144
dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat
Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya'ban
yang bertepatan dengan malam nisfu Sya'ban.
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasni telah menjelaskan dalam kitabnya :
ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺗﺤﻮﻳﻞ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ ﻣﻦ ﺑﻴﺖ ﺍﻟﻤﻘﺪﺱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ، ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻨﺘﻈﺮ ﺫﻟﻚ ﺑﺮﻏﺒﺔ ﻗﻮﻳﺔ، ﻭﻳﻘﻮﻡ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﻘﻠﺒﺎ ﻭﺟﻬﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ، ﻳﺘﺮﻗﺐ ﺍﻟﻮﺣﻲ ﺍﻟﺮﺑﺎﻧﻲ ﺣﺘﻰ ﺃﻗﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻨﻪ ﻭﺃﻋﻄﺎﻩ ﻣﻨﺎﻩ، ﻭﺣﻘﻖ ﻣﻄﻠﻮﺑﻪ ﺑﻤﺎ ﺃﺭﺿﺎﻩ
“Di bulan Sya’ban perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Ka’bah, dan Rosulullòh Saw menantikan itu dengan harapan yang kuat, Rosulullòh Saw. berdiri, memandangi langit dengan wajahnya, menanti-nanti turunnya wahyu Ketuhanan, hingga Allah menenangkannya dan memberikan harapannya, dan menyatakan apa-apa yang diminta Nabi Saw dengan ridho Allah Swt”
Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu
oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
Bahkan diceritakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berdiri menghadap langit
setiap hari menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu
seperti Surat Al-Baqarah ayat 144 berikut.
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
"Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit,
maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram."
2. Penyerahan Rekapitulasi Keseluruhan Amal kepada Allah subhanahu wa ta'ala
Salah satu hal yang menjadikan bulan Sya'ban utama adalah bahwa pada bulan ini
semua amal kita diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa'i
yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
"Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana
engkau berpuasa di bulan Sya’ban?"
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab,
"Banyak manusia yang lalai di bulan Sya'ban.
Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah subhanahu wa'ta'ala.
Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, aku dalam keadaan puasa."
Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini adalah penyerahan seluruh
rekapitulasi amal kita secara penuh. Walaupun, menurut Sayyid Muhammad Alawi,
ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal
kepada Allah subhanahu wa ta'ala selain bulan Sya'ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan.
Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa
menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu.
3. Penurunan Ayat tentang Anjuran Shalawat untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Pada bulan Sya'ban juga diturunkan ayat anjuran untuk bershalawat untuk
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam,
yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Ibnu Abi Shai Al-Yamani mengatakan, bulan Sya'ban adalah bulan shalawat.
Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan.
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin Al-Qasthalani
dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa
ayat itu turun pada bulan Sya'ban tahun ke-2 hijriyah.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad
Khatib : Alwi Sahlan