IPOSI (Ikatan Persilatan Olahraga Silaturahmi) merupakan perguruan Silat yang berdiri sejak tahun 1940-an oleh Al-Marhum Al-Maghfurlah Guru Besar Entong Sapri bin Muslim di Condet, Jakarta Timur. Saat ini IPOSI dilanjut oleh Generasi keduanya yaitu Nurosit Sapri Muslim sebagai Ketua IPOSI.
Ketua IPOSI Nurosit SM mengenang kembali tentang ajaran-ajaran ayahandanya tentang makna kehidupan. Seperti adab kepada guru, menjaga Silaturahim serta kemanfaatan untuk manusia juga alam semesta.
“Kepada guru kita, pertama harus punya adab (Takzim), jangan kita udah pinter malah ngelawan sama guru kita, Ga akan berkah, Gabakal Maju hidup kita. Kedua musti Menyelamatkan Kedua belah pihak yang bertikai, usahakan jangan menjadi bagian dari permusuhan kecuali kita berada ditengahnya, yang ketiga jadilah kemanfaatan diri kita untuk alam semesta dengan diri kita atau harta atau ilmu kita. Saya sekolahin anak-anak biar tinggi, biar dia tau dan bermanfaat untuk alam semesta. Keempat yang paling penting adalah mengaji Ini ajaran-ajaran orangtua kita yang harus dilanjutkan,” Ujar Babe Nurosit yang juga Instruktur Pencak Silat IPOSI
Ia menambahkan dalam IPOSI ini juga banyak sekali ajaran yang selalu menjadi tuntutan yang harus menjadi pegangan dan diamalkan sebagai anggota IPOSI. Diantara yang paling utamanya adalah Bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa dan menjalin Silaturahmi sesuai namanya IPOSI (Ikatan Persilatan Olahraga Silaturahmi).
“Setiap hari harus bertambah Ketakwaan kita Kepada Allah swt dan Kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw dengan berbagai Amalan yang kita lakukan dan Silat ini hanya sebagai Sarana, Olahraga dan pegangan dasar dalam IPOSI ini. Akan tetapi Utamanya adalah Silaturahmi, Silaturahmi. Agar kita Selamat dan Menyelamatkan Semuanya,” Jelas Babeh Nurosit yang Putra pertamanya alumni Pesantren Al-Hamidiyah Depok
Kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan Haul Al-Marhum Al-Maghfurlah Guru Besar Entong Sapri bin Muslim dihadiri oleh KH Muammar ZA sebagai Qori dan Tausiah singkatnya.
“Ini ajaran orang tua kita dahulu, ngaji-ngaji. Orang ceramah sudah banyak, tapi mengaji ini hal yang utama. Ini thoriqoh jalan yang harus kita jalani. Kalau ceramahnya yang banyak, selesai maulid bisa rusuh, tapi kalo ngajinya banyak, selesai maulid Insya Allah damai, tentram, Surga dah. Ini harus jadi mindset atau pemikiran kita bersama,” Tutur Qori Internasional sebelum membacakan Tilawatil Quran dihadapan ribuan jamaah.
Pada saat yang sama Noer F Raissoevel menuturkan bahwa biasa di Betawi zaman dahulu sering dibaca Maulid Rawi Al-Barzanji, untuk Maulid Simtudduror baru saat ini.
"Kita biasa Barzanjian bacanya setiap malam selasa di Rumah, sebelum baca kita rowahan / kirim arwah. Tapi kita juga suka Simtudduror, itu selera," Ucap Ketua Ikatan Alumni Al-Hamidiyah (IKAH) kepada Kontributor Jatman Online
Tambahnya, Namun pada saat ini ada yang berbeda dari acara perhelatan Maulid yang biasa digelar di Jakarta. Karena saat ini IPOSI mengadakan Maulid dengan memperlama durasi Pembacaan Kalam Ilahi nya dibanding Tausiahnya. Bahkan IPOSI dalam perhelatan Maulid Nabi Saw tahun ini mengundang langsung Qori Internasional yaitu KH Muammar ZA sebagai Pembaca Kalam Ilahi.
Hadir pula H. Rosyid Ahmad (Pembina IPOSI) menyapaikan sambutan Maulid di IPOSI ini harus terus dilestarikan, harus terus diadakan karena menjadi contoh dan Ghirah semangat buat generasi Muslim di Betawi.
Patut diketahui bahwa Peringatan Maulid Nabi Saw. di Markas Jawara Betawi - IPOSI Condet dan mengenang Guru Besar IPOSI yang telah mengajarkan Thariqah. Peringatan Maulid Nabi di IPOSI ini adalah Kegiatan Wajib yang diadakan disetiap tahunnya sejak tahun 1990-an. Biasa dihadiri oleh Puluhan Asaatidz, Kiai, Habaib, Jawara, Pegiat seni dan juga Umaro DKI JAKARTA. Kegiatan ini kembali digelar pada tahun ini yaitu tahun 2023 M / 1444 H. Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 1200 orang dan digelar dengan diawali oleh Dzikir Tawasul atau biasa orang Betawi dengan Rowahan (Kirim Hadiah ke Para arwah leluhur, orang tua dan guru), Pembacaan Ratibul Haddad dan dilanjut dengan Pembacaan Rawi Al-Barzanji yang dikarangan oleh Assayyid Ja’far bin Husein Al-Barzanji.
Pewarta : Abdul Mun'im Hasan