====================
1. Secara etimologi "akhlak" dalam bahasa Arab bentuk jamak dari khuluq.
2. Khuluq artinya perilaku dan tabiat manusia sejak lahir. Kata “akhlak” tersusun dari tiga huruf: kha, lam, dan qaf yang menunjukkan makna "menetapkan sesuatu".
《Ar-Raghib menerangkan》
Kata al-khalq, al-khulq, dan al-khuluq mempunyai makna dasar yang sama.
Akan tetapi, al-khalq dikhususkan untuk makna penciptaan wujud, bentuk, dan rupa lahiriah yang tertangkap oleh penglihatan.
Al-khuluq memiliki makna khusus kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan mata batin.
======
《Allah berfirman》
وإنك لعلى خلق عظيم
▪Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur." (Al-Qalam: 4)
======
3. Frasa al-khuluq al-'adhim di sini sebagaimana penjelasan Imam Ath-Thabari-artinya "budi pekerti yang luhur”.
Maksudnya, budi pekerti Al-Qur'an yang diajarkan oleh Allah dalam Al-Qur'an; yaitu Islam dan syariatnya. Makna ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam tafsir firman Allah:
Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur."
Artinya, beragama yang luhur, yaitu Islam.
4. Diriwayatkan dari Mujahid tentang firman Allah "berbudi pekerti yang luhur", ia berkata, "Yaitu agama."
□Tafsir Ath Thabari, Jilid 12, Juz 28, hlm. 13, Penerbit Ar Rayyan.
====================
5. Dari Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab, "Akhlak beliau Al-Qur'an."
□Hadits shahih, diriwayatkan olch Ahmad (24080) dari hadits Aisyah.
Hadits ini dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' (4811).
======
6. Qatadah menyatakan: "la (Aisyah) berkata, seperti apa yang tertuang dalam Al-Qur'an."
7. Imam Al-Junaid menerangkan: "Budi pekerti beliau disebut 'luhur', karena beliau tidak memiliki cita-cita selain Allah."
8. Satu pendapat menyebutkan, budi pekerti Rasulullah disebut 'luhur' karena seluruh budi pekerti mulia terhimpun dalam diri beliau. Hal itu disinyalir dalam sabda Rasulullah:
▪Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti terpuji."
□Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (273) dan Ahmad (7829) dari hadits Abu Hurairah; dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (45).
====================
9. Al-Mawardi menjelaskan: "Frasa al-khuluq al-'adhim punya tiga pengertian.
•Pertama, adab Al-Qur'an.
•Kedua, agama Islam.
•Dan, tiga, perilaku yang mulia.
(Ini penafsiran yang zhahir).
======
10. Al-Fairuz Abadi menyatakan:
Perlu diketahui, agama itu seluruhnya budi pekerti.
Siapa yang bertambah budi pekertinya kepadamu maka agamanya bertambah kepadamu.
Akhlak dibangun di atas empat pilar:
Sabar
Berani
Adil, dan
Menjaga kehormatan ("iffah).”
11. Lebih lanjut, Al Fairuz Abadi menjelaskan:
Setiap pilar dari empat pilar ini berkelindan dan membangun budi pekerti mulia yang lain.
Sabar, misalnya, memuat sikap menanggung derita (ihtimal), menahan amarah, menyingkirkan bahaya, tabah, lembut, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
12. Al-Fairuz Abadi menambahkan:
Sikap moderat (tawassuth) merupakan tempat bertumbuhnya seluruh akhlak mulia dari empat pilar di atas."
*5). Pengertian Akhlak secara Istilah (Terminologi)*
====================
1. Akhlak ialah istilah yang mengungkapkan tentang kondisi jiwa yang stabil dan sumber keluarnya perbuatan dengan ringan dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika yang keluar dari jiwa tersebut perbuatan baik, kondisi seperti ini disebut akhlak terpuji. Sebaliknya jika yang keluar darinya adalah perbuatan buruk, kondisi yang menjadi sumbernya disebut akhlak tercela.
2. Pada sebagian orang akhlak ini telah menjadi karakter dan tabiat.
3. Namun, pada sebagian yang lain akhlak hanya terbentuk melalui proses olah jiwa (riyadhah) dan kerja keras.
4. Seperti sifat dermawan kadang, ditemukan pada banyak orang tanpa olah jiwa dan tanpa belajar.
5. Begitu juga dengan sifat berani, baik hati, menjaga diri, adil, dan akhlak terpuji lainnya.”
□Al-Jahizh, Tahdzib Al-Akhlaq, hlm. 12.
====================
《Al-Jurjani menjelaskan》
Kondisi jiwa yang stabil', karena orang yang mendermakan hartanya karena bernadzar akibat keadaan yang baru terjadi, tidak disebut orang dermawan, selama sifat kedermawanan itu belum melekat kuat dalam dirinya."
Al-Jurjani, At-Ta'rifat, hlm. 104.
====================
¤S E K I A N . D U L U.
¤Semoga bermamfaat bagi @semua orang yang membacanya
====================
□Basha'ir Dzawi At Tamyiz (2/568).
====================
¤S E K I A N . D U L U.
¤Semoga bermamfaat bagi @semua orang yang membacanya
====================